Populernya kasus cyber harassment alias pelecehan seksual di dunia maya yang dihadapi influencer Gita Savitri dan penyanyi dangdut Via Vallen bikin gue pribadi geram. Gimana enggak, sebagai perempuan gue juga ikut merasa sedih sekaligus marah karena dilecehkan laki-laki asing yang nggak dikenal sama sekali.
Yang lebih parah, banyak yang menghujat mereka dengan alasan kalau mereka itu lebay, cuma cari sensasi, atau kepedean. Apalagi yang komentar kebanyakan sesama perempuan. Gue bener-bener nggak abis pikir sama orang-orang ini. Perempuan dilecehkan kok malah dihujat, bukannya didukung!
Bukan cuma sebagai sesama perempuan aja yang bikin gue marah dengan kasus Gita dan Via ini. Gue pribadi pernah mengalami yang namanya pelecehan seksual secara fisik dan psikis.
Untuk nulis tentang pelecehan seksual yang pernah gue alami ini nggak gampang. Gue butuh waktu beribu kali untuk berani nulis tentang ini. Buat gue nggak gampang mengungkapkan apa yang pernah terjadi dalam hidup gue. Sampe sekarang, sejujurnya gue masih sangat trauma dengan apa yang gue alami.
Gue nggak pernah cerita ke siapa pun soal ini. Baru hari ini, tepatnya pas gue nulis ini, gue berani ngomong ke adek gue. Adek gue juga kaget banget dengernya. Tapi gue nggak berani ngomong ke orang tua. Karena apa? Karena orang tua gue sangat sayang sama anak-anaknya, kalo sampe mereka tau, gue takut mereka bakal menghajar orang yang pernah ngelakuin pelecehan itu abis-abisan.
Jadi gue pernah mengalami pelecehan seksual secara fisik dan psikis. Yang pertama gue alami saat gue masih SMP. Umur gue masih 13 tahun, baru banget masuk SMP.
Pada saat itu, gue punya tetangga. Tetangga gue ini si ibu S ngajak adeknya (atau sepupunya, gue lupa), sebut aja Mas N tinggal di rumahnya. Karena dia udah lama tinggal di sini bareng ibu S, jadi dia juga akrab sama keluarga gue. Bokap sering minta tolong dia buat anter jemput gue dan adek-adek gue sekolah.
Di rumah juga sering bantu-bantu nyokap benerin ini itu. Jadi udah dianggap kayak sodara aja nih si Mas N. Orangnya juga baik dan lucu, suka bercanda sama gue dan adek-adek.
Nah, kalo gue pulang sekolah gue suka bercanda bareng dia dan adek-adek gue. Saat itu lagi di depan tv main kelitikan dan lompat-lompat. Pas lagi dikelitikin, payudara gue, yang notabene masih kecil karna saat itu gue masih puber, diremas sama dia.
Awalnya gue pikir 'Dia nggak sengaja kali ya' gitu. Trus besoknya gue masih aja bercanda sama dia dan adek-adek. Tapi kok dia begitu lagi ke gue. Di situ gue yakin dia sengaja dan setelah itu gue nggak mau lagi ikutan bercanda sama dia. Gue malah takut dan nggak mau lagi deket-deket sama dia.
Yang kedua, gue alami pas kelas 2 SMA. Jadi waktu itu gue dapet SMS dari nomor nggak dikenal. Gue pikir itu temen makanya gue bales. Taunya itu orang iseng ngajak kenalan. Pas tau itu cuma orang iseng, gue nggak pernah nanggepin dan balesin lagi. Dia terus-terusan sms dan nelpon sampe gue muak. Gue bodo amat dan nggak gue gubris sama sekali.
Dan suatu saat pas gue lagi liburan sekolah ke Jogja, gue dapet sms dari dia yang isinya kata-kata nggak pantes. Dia ngancem kalo ketemu gue bakalan merusak kelamin gue! Coba deh lo bayangin, orang nggak kenal tiba-tiba ngancem mau ngerusak alat kelamin lo, syok nggak lo? Gila sih! Waktu itu gue gemeteran, hp gue hampir jatoh saking kagetnya nerima sms begitu.
Gue bener-bener takut, sampe akhirnya gue buang nomor itu begitu gue sampe di rumah. Gue langsung ganti nomor baru saking takutnya sama dia. Setelah sms itu, dia masih sering kirim sms begitu ke gue tapi nggak gue baca. Langsung gue hapusin begitu ada sms dari orang itu.
Walopun cuma sms, tapi percayalah, rasa sakit hatinya terasa sampe sekarang. Kalo inget itu rasanya gue masih gemeteran dan trauma. Betapa kata-kata yang dikirim orang nggak jelas itu sangat membekas di diri gue.
Selama bertahun-tahun, gue nggak pernah cerita ke siapa pun soal ini. Gue merasa malu kalo harus cerita ke orang lain, even adek gue sendiri. Nggak tau kenapa gue takut kalo orang sampe tau hal ini. Gue nganggep ini sebagai aib yang nggak boleh gue ceritain ke siapa pun.
Tapi begitu kasus Gita dan Via muncul, gue baru sadar kalo selama ini gue salah karena gue diam. Gue nggak berani speak up seperti yang dilakukan Gita dan Via. Selama ini gue takut dengan pandangan negatif orang tentang diri gue. Selama hampir 14 tahun berlalu gue baru sadar betapa bodohnya gue nggak berani ngomong ke siapa pun.
Hal kayan begini tuh harus diungkapkan. Bukan, bukan cari sensasi atau cari perhatian, bukan juga pengen buka aib sendiri, bukan. Tapi sebagai perempuan, kita harus berani melawan. Kita harus berani mengungkapkan. Kita harus berani membongkar.
KITA, PEREMPUAN, PUNYA HAK ATAS TUBUH KITA SENDIRI.
Kita berhak marah dengan orang yang berbuat sesuka hatinya dengan tubuh kita. Kalo perlu, kita ungkap ke seluruh dunia betapa brengseknya orang yang pernah melakukan itu ke kita. Supaya apa? Supaya mereka jera. Supaya mereka tau kalo PEREMPUAN ITU HARUS DIHORMATI.
Perempuan bukan objek pelampiasan seksual yang bisa digunakan sesuka hati mereka. Perempuan itu sangat mulia di mata Rasul. Ingat cerita Nabi Muhammad saw yang bilang untuk menghormati ibu dulu baru ayah? Nabi mengajarkan kita untuk menghormati perempuan karena dari rahim ibu lah kita bisa ada di dunia ini.
Gue masih nggak ngerti aja dengan perempuan lain yang justru menganggap segala bentuk pelecehan seksual itu terjadi karena perempuan yang nggak bisa menjaga dirinya. Katanya salah perempuan yang suka pakai baju seksi. Padahal, dari data statistik menyebutkan kalo korban pelecehan seksual juga banyak yang memakai baju sopan, bahkan berhijab.
Lantas, masih perempuan juga yang harus disalahkan? Pandangan dan nafsu kalian, para lelaki lah yang harus ditahan. Bagaimana kalian menjaga pandangan kalian terhadap perempuan, bagaimana cara kalian yang memperlakukan perempuan lah yang harus dipertanyakan!
Pesan gue buat semua perempuan yang baca postingan ini, gue berharap kalian berani untuk bicara. Jangan takut, karena kami sesama perempuan akan selalu mendukung kalian. Gue akan berada di garda terdepan mendukung para perempuan untuk maju, menjadi kuat, hebat, dan berani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.